Sabtu, 23 Mei 2009

Berdansa Membuat Anda Jadi Lebih Muda

LONDON - Khawatir ketika mulai memasuki usia senja? Berdansalah, maka Anda akan merasa bahagia dan seperti muda kembali.

Ini bukan sekedar cerita dongeng, namun telah dibuktikan oleh riset yang dilakukan di Queen's University Belfast. Para peneliti menemukan bahwa berdansa dapat memberikan efek yang baik bagi para manula. Hal ini karena gerakan dansa dipercaya dapat meningkatkan kesehatan dan kebahagiaan psikologis serta memperlambat proses penuaan.

"Berdansa dapat menggiring seseorang ke dalam memori tentang masa lalu, sekarang dan masa depan, ini bisa menjadi terapi bagi para manula saat mulai memasuki usia senja," ujar Dr Jonathan Skinner seperti yang dilansir dari Times of India, Minggu (12/4/2009).

Berdansa memberikan kenyamanan dan membuat seseorang fokus terhadap dirinya sendiri. Gerakan dansa menghindari terjadinya isolasi sosial dan membantu menyembuhkan rasa sakit dan nyeri berhubungan dengan proses penuaan.

"Selain itu, seseorang menjadi lebih luwes dalam bergaul karena dengan berdansa kita dibawa kepada suasana kebersamaan dalam suatu komunitas yang solid, toleran dan pengertian," ujar Skinner.

Para peneliti mendapatkan kesimpulan ini setelah melakukan survei terhadap para manula Irlandia Utara serta di daerah Blackpool dan Sacramento, Amerika Serikat. (srn)




[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Tertawa Sembuhkan Penyakit Diabetes

WASHINGTON - Ungkapan bahwa tertawa itu sehat, agaknya memang terbukti oleh hasil penelitian terbaru. Nyatanya para ahli memang menerapkan terapi tertawa bagi pasien penderita diabetes, jantung dan penyakit berat lainnya.

Dilansir melalui Live Science, Senin (20/4/2009), para peneliti dari Loma Linda University menganalisa sebanyak 20 orang pasien dengan resiko tinggi mengidap diabetes. Para pasien ini juga diketahui mengalami hipertensi dan hiperlipidemia, penyebab penyakit kardiovaskular. Para penderita penyakit ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok.

Kedua kelompok diberikan standar pengobatan diabetes yang sama. Namun bedanya, kelompok pertama yang dinamakan Group L secara rutin diberi terapi humor selama 30 menit. Sementara grup kedua, yaitu Group C tidak mendapat terapi yang sama. Untuk melihat perkembangannya, perlakuan ini diberikan pada pasien dan diawasi dalam kurun waktu satu tahun.

Nyatanya, setelah 12 bulan, Group L menunjukkan peningkatan kolesterol baik yang disebut HDL sebesar 26 persen. Pada Group C peningkatan kolesterol hanya naik sekira tiga persen.

Sementara itu, protein C-reactive yang merupakan penanda terjadinya peradangan penyakit kardiovaskular menurun sebesar 66 persen pada pasien yang diberi terapi tertawa sementara yang terjadi pada kelompok lainnya tingkat peradangan penyakit ini hanya menurun sebesar 26 persen.

"Kebanyakan dokter ahli memahami bahwa keadaan psikologi yang baik dapat membentuk emosi positif seperti tertawa riang, rasa optimis dan rasa harap yang membatu proses penyembuhan penyakit," ujar Lee Berk dari Loma Linda University.

Penelitian lain pun mengungkapkan bahwa humor dapat membantu kita menjadi pribadi yang penuh harap dan rasa optimis.
(srn)




[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Delapan Jenis Makanan Berpotensi Sebabkan Alergi

WASHINGTON - Delapan jenis makanan berpotensi 90 persen sebabkan alergi pada anak-anak usia sekolah.

Hasil temuan ini diungkapkan oleh para ilmuwan di Washington University School of Medicine, St. Louis. Delapan jenis makanan tersebut diantaranya kacang, kerang, ikan, buah kacang (kenari, kemiri, mede, almond), telur, susu, kedelai dan gandum.

Salah satu ilmuwan dalam studi ini, Leonard Bacharie mengatakan reaksi terhadap gejala alergi bisa beragam dari mulai tingkat ringan hingga yang paling parah, demikian yang dilansir dari Times of India, Rabu (22/4/2009).

Namun kabar baiknya, alergi pada anak-anak yang disebabkan konsumsi susu, kedelai, telur dan gandum lambat laun akan hilang dengan sendirinya seiring pertumbuhan mereka.

Alergi terhadap makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menafsirkan makanan yang dikonsumsi sebagai sesuatu yang dapat membahayakan tubuh, sehingga yang terjadi sistem kekebalan berupaya menangkisnya dengan respon negatif.

Proses ini akan mempengaruhi berbagai sistem pada tubuh, termasuk kulit, sistem pernafasan, gastrointestinal, dan sistem kardiovaskular.

Menurutnya para peneliti, alergi tingkat tinggi bisa sampai menyebabkan kulit gatal dan kemerahan, eczema, bengkak pada bibir, lidah atau tenggorokan. Lebih parahnya lagi bisa saja respon alergi menyebabkan sesak nafas, batuk, mual dan muntah, menurunnya tekanan darah dan lain sebagainya.

Oleh karenanya Bacharie sangat menyarankan agar kita berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan. "Para orangtua dan anak-anak yang alergi terhadap makanan harus teliti memeriksa bahan-bahan yang terkandung dalam label makanan," ujar Bacharie. (srn)




[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Ilmuwan Temukan Vaksin Kolera Termurah di Dunia

SEOUL - International Vaccine Institute (IVI) berhasil menemukan vaksin kolera yang diklaim termurah di dunia. Organisasi kesehatan internasional yang berbasis di Seoul itu menyatakan, produk vaksin koleranya dapat dijual dengan harga USD1 per dosis.

Straits Times, Senin (20/4/2009), melansir harga vaksin kolera yang beredar di dunia terbilang cukup tinggi, sehingga menghambat pengendalian penyakit kolera di beberapa negara berkembang. Di Bangladesh, harga vaksin Kolera mencapai USD18 atau sekira Rp192 ribu.

Menurut direktur jenderal IVI John Clemens produk tersebut sudah mendapatkan lisensi di India, dan akan disebarkan ke seluruh wilayah Asia dan belahan dunia lain yang terjangkit endemic Kolera. Keberhasilan penemuan vaksin murah itu tak terlepas dari sokongan dana Bill and Melinda Gates Foundation, pemerintah Korea Selatan, dan Swedia.

Vaksin itu sendiri telah diuji coba di beberapa wilayah pinggiran India, seperti Kalkuta. Hasil uji coba itu pun dinilai sangat memuaskan dan dapat membantu mengurangi penderita Kolera.

Kolera hingga saat ini masih menjadi permasalahan bagi dunia kesehatan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengungkapkan Kolera telah menjangkiti sekira 4031 penderita di 53 negara dunia, dan paling banyak berada di wilayah Afrika. Pada tahun 2007 jumlah penderita Kolera yang meninggal mencapai hingga 177.963 orang.

"Penggunaan vaksin kolera yang aman dan efektif diharapkan mampu mengurangi penyebaran Kolera terutama di seluruh dunia," kata John.
(srn)





[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Ilmuwan Temukan Obat Penangkal Flu Burung

HONG KONG - Para ilmuwan dari Hong Kong dan AS telah mengidentifikasi bahan sintetis yang diperkirakan dapat menghambat replikasi virus influenza dan termasuk juga H5N1 yang merupakan virus flu burung.

Berbagai penelitian untuk menemukan obat terbaik bagi flu burung memang sedang marak dikembangkan. Selama ini dunia kesehatan baru bisa menggunakan oseltavimir untuk melawan virus H5N1. Namun para ahli menilai oseltavimir kurang efektif melawan virus H5N1, mereka pun mempertanyakan seberapa ampuh dan bertahan lama oseltavimir dapat diandalkan untuk mengobati flu burung.

Sebagian besar negara maju memiliki sejumlah besar stok oseltamivir dan zanamivir. Kedua jenis obat ini digunakan untuk mencegah perkembangan virus H5N1.

Namun pada Maret lalu, U.S. Centers for Disease Control and Prevention mengungkapkan bahwa 98 persen sampel flu yang diakibatkan oleh virus H5N1 ternyata resistan terhadap kedua jenis obat ini.

Oleh karena itu para peneliti semakin berupaya menemukan bahan terbaik penghambat replikasi virus flu burung. Mereka kemudian menganalisa 230.000 jenis materi yang dihimpun oleh US National Cancer Institute. Pada studi ini sebanyak 20 persen materi tersebut berpotensi untuk menghambat perkembangbiakan proliferation virus H5N1.

Seperti yang dilansir dari Reuters, Kamis (16/4/2009) para ahli kemudian mempublikasikan temuannya pada konferensi pers dengan menyatakan bahan 1 atau yang dinamakan NSC89853 berpotensi untuk dikembangkan sebagai penangkal flu burung.

"Kami telah menemukan materi yang berbeda namun memiliki cara kerja sama seperti oseltamivir," ujar Leo Poon, ahli mikrobiologi dari University of Hong Kong.

Pada penelitian ini para ahli menginfeksi batch terpisah dari kultur sel manusia dengan virus flu musiman dan H5N1. Rupanya bahan 1 efektif mencegah replikasi kedua jenis virus ini.

"Bahan ini dapat dikembangkan menjadi obat baru untuk penyakit flu burung," ujar Profesor Allan Lau dari University of Hong Kong. Namun Lau pun menambahkan, agaknya butuh waktu kurang lebih delapan tahun agar obat tersebut bisa beredar di pasaran. (srn)



[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Enam Fakta Seputar Flu Babi

WASHINGTON - Kian gencarnya arus informasi yang memberitakan flu babi menimbulkan keingintahuan besar dari masyarakat untuk mengetahui segala hal berkenaan dengan penyakit mematikan ini. Mau tahu?

Berikut adalah enam pernyataan ilmiah mengenai flu babi yang dikutip melalui McClatchy, Jumat (1/5/2009).

1. Penjelasan mengenai virus H1N1
H1N1 merupakan virus penyebar flu babi. H merupakan inisial dari hemagglutin sedangkan N adalah neuramidinase, keduanya merupakan protein gula yang hidup di permukaan virus dan menyebarkan penyakit flu. Terdapat 16 jenis protein H yang dinamakan H1 hingga H16 dan sembilan jenis N protein bernama N1 hingga N9. Semua protein ini memiliki 144 kemungkinan berkombinasi menjadi virus baru. Sebagai contoh, virus flu burung yang juga sedang marak merupakan kombinasi dari H5N1.

2. Keistimewaan virus penyebab flu babi
Virus ini merupakan kombinasi gen virus burung, babi dan manusia, yang belum pernah ada sebelumnya. Sehingga manusia tidak memiliki kekebalan terhadap virus ini. �

3. Bagaimana protein H bekerja �
Protein H terlihat seperti paku kecil yang menancap pada lubang di luar sel manusia atau hewan bernama reseptor. Kemudian, virus akan bisa masuk melalui lubang reseptor. Sekali masuk, virus akan menginfeksi DNA dalam inti sel dan memanfaatkannya untuk berkembang biak memperbanyak diri.

4. Yang dilakukan oleh protein N
Setelah menginfeksi, protein N akan membuka jalur terusan pada dinding sel dan melepaskan anak-anak virus yang baru yang kemudian menyerang sel lain. Tanpa protein N, infeksi virus akan terbatas hanya pada sel pertama.

5. Cara virus baru berkembang
Ketika gen yang memerintah protein H dan N berkembang, terjadi perubahan acak atau yang disebut dengan mutasi yang bisa terjadi di dalam DNA. Perubahan tersebut berakumulasi secara bertahap memproduksi virus yang lebih berbahaya atau menetrasi sel tager dengan lebih mudah.

6. Bagaimana H1N1 berpindah dari hewan ke manusia
Biasanya protein H pada virus burung dan babi tidak menancap pada reseptor dengan mudah. Jadi manusia yang terbebas dari virus ini tidak mungkin terinfeksi. Bagaimanapun, perubahan bisa terjadi di dalam gen yang mengatur bentuk protein H dan memungkinkan virus masuk melewati dinding sel. Hal ini mengakibatkan anak virus H1N1 dapat beradaptasi dengan tubuh manusia. Jika sudah begitu, virus pun dapat menular dari manusia ke manusia seperti yang terjadi sekarang.� (srn)




[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Flu Babi Menyebar Dengan Sekali Bersin

LONDON - Perubahan cuaca dan suhu bumi berdampak pula pada penyebaran berbagai virus penyakit. Salah satunya adalah virus flu babi yang tengah menjadi perhatian masyarakat dunia.

Flu babi disebabkan oleh endemis Orthomyxoviruses yang berasal dari populasi babi. Virus ini dikenal dengan nama H1N1 dan bisa menyebar begitu cepat. Manusia yang sudah terinfeksi virus ini bisa menyebarkan virus kepada orang lain hanya dengan satu kali bersin.

Bayangkan saja dalam satu kali bersin terdapat lebih dari 100.000 virus yang bisa menempel dimana saja di sebuah ruang publik, dan berpotensi menyebarkan penyakit kepada orang yang menyentuh benda-benda yang terkena bersin, demikian yang dilansir melalui Huffington Post, Senin (27/4/2009).

Ilmuwan Inggris mengatakan sekira sepuluh persen dari populasi di sebuah tempat umum berpotensi mengalami kontak dengan virus melalui bersin. Artinya, satu kali bersin dapat membuat sekira 150 orang terkena flu babi. Maka tak heran jika Organisasi Kesehatan Dunia, WHO saat ini tengah gencar menahan laju penyebaran virus yang telah menginfeksi 20 orang di Amerika dan membunuh 80 orang Mexico.

"Virus ini berpotensi menjadi pandemi di seluruh dunia. Pasalnya virus ini dapat menyebar dengan cepat dari manusia ke manusia," demikian ujar Margaret Chan, Direktur Umum WHO. (srn)





[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Tiga Langkah Menangkal Flu Babi

LONDON - Virus flu babi memang cukup mematikan sama halnya dengan virus flu burung. Bahkan pencegahannya pun bisa dilakukan dengan langkah yang sama.

Meski di Indonesia belum pernah ditemukan kasus flu babi, namun siapapun wajib mewaspadainya. Berikut adalah beberapa cara mudah melindungi diri dari laju penyebaran virus tersebut.

Seperti yang dilansir melalui Huffington Post, Senin (27/4/2009), yang pertama harus dilakukan adalah menjaga kebersihan tangan. Meski nampak terdengar lumrah, namun dengan mencuci tangan selama 20 detik setelah anda bepergian, nyatanya memang ampuh menahan penyebaran virus yang bisa masuk melalui tangan yang terkontaminasi oleh virus.

Hindari kontak dengan dengan orang-orang yang sedang tidak sehat. Begitu pula jika Anda sedang sakit sebaiknya beristirahat dan menjauh dari tempat-tempat keramaian. Hal ini akan mencegah Anda terinfeksi virus ataupun menginfeksi orang lain.

Terakhir, kenai gejala penyakitnya dan segera berobat seandainya Anda menemukan tanda-tanda mengidap penyakit tersebut. Flu babi memiliki gejala mirip dengan flu pada umumnya seperti demam, sakit badan, sakit tengggorokan, batuk, berak bahkan muntah.
(srn)





[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Makan Daging Terlalu Masak Sebabkan Kanker Pankreas

WASHINGTON - Anda yang suka menyantap daging yang terlalu matang patut berhati-hati. Pasalnya daging yang dibakar dengan suhu tinggi, apalagi jenis daging merah bisa meningkatkan resiko kanker pankreas hingga 60 persen.

Hal ini dikemukakan oleh Kristin Anderson, peneliti dari University of Minnesota, "Kami menyarankan agar konsumen tidak memasak daging dalam suhu yang sangat tinggi karena hal itu akan memicu perkembangan kanker pankreas," ujarnya seperti yang dilansir dari Reuters, Minggu (26/4/2009).

Dalam studi ini, Anderson beserta timnya menyimpulkan bahwa daging yang digoreng, dipanggang atau dibakar terlalu matang akan menghasilkan berbagai zat kimia pemicu kanker, termasuk salah satunya adalah heterocyclic amines.

Anderson melakukan survei terhadap 62.581 orang sehat. Dalam kurun waktu sembilan tahun Anderson mengamati kebiasaan makan mereka. Ternyata, dalam jangka waktu tersebut ditemukan sebanyak 208 kasus pankreas.

"Mereka yang lebih sering mengonsumsi daging yang sangat matang beresiko 60 hingga 70 persen lebih tingggi terserang kanker pankreas ketimbang mereka yang lebih jarang mengkonsumsinya," kata Anderson. � (srn)



[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Obesitas Bikin Anak Mudah Alergi

CHICAGO - Kelebihan berat badan atau obesitas yang dialami anak-anak dinilai berkaitan erat dengan sejumlah alergi, terutama alergi terhadap makanan.

"Kami menemukan hubungan yang positif antara obesitas dengan alergi," kata dokter di National Institute of Environmental Health Sciences or NIEHS, Dr Darryl Zeldin.

Zeldin dalam sebuah artikelnya di Journal of Allergy and Clinical Immunology mengungkapkan, 59 persen penderita alergi makanan justru anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan. Sebab itu, Zeldi menganjurkan perlunya orang tua menjaga berat badan buah hatinya. Demikian dilansir Dawn.com, Selasa (5/5/2009).

Kesimpulan Zeldin didapat dari penelitian terhadap 4.000 anak-anak dan remaja berusia 2 hingga 19 tahun yang pernah memiliki catatan medis tentang alergi dan asma. Berdasarkan analisis data terbukti jika 95 persen anak penderita alergi makanan itu memiliki berat badan yang melebihi indeks rata-rata berat badan yang disesuaikan umur.

Amerika Serikat selama ini dikenal memiliki masalah dengan obesitas, sebanyak 16 persen anak dan remaja AS diketahui mengalami kelebihan berat badan. Tak hanya alergi, obesitas juga dapat menyebabkan diabetes, asma, bahkan penyakit jantung. (srn)





[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Menyusui Kurangi Risiko Terkena Penyakit Jantung

WASHINGTON - Keputusan seorang ibu lebih memilih untuk memberikan ASI esklusif ketimbang susu formula kepada bayi, akan memberikan manfaat besar, bukan hanya bagi si bayi namun juga sang ibu.

Wanita yang menyusui selama lebih dari 12 bulan sepanjang hidup mereka berpeluang sepuluh persen lebih kecil menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol kardiovaskular ketika mereka berusia 60 tahun nanti.

Hal ini diungkapkan oleh Dr Eleanor Bimla Schwarz, asisten profesor bidang pengobatan di University of Pittsburgh Center for Research on Health Care yang dilansir dari Discovery, Kamis (23/4/2009).

Untuk membuktikan hal ini, Schwarz dan timnya menganalisa data dari Women's Health Initiative yang melibatkan 140.000 wanita yang sedang dalam masa postmenopause, umur mereka rata-rata 63 tahun.

Selain menganalisa catatan mengenai riwayat menyusui, para peneliti pun mengumpulkan informasi mengenai indeks masa tubuh dan riwayat kesehatan mereka. Selama penelitian, seluruh partisipan diberikan catatan medis tahunan.

Hasilnya, Schwarz menemukan wanita yang lebih lama menyusui lebih rendah terkena risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol, dan penyakit gawat lainnya.

Dalam catatan hasil riset ditemukan risiko tekanan darah tinggi menurun sebesar 12 persen, untuk penyakit diabetes menurun 20 persen, tingkat kolesterol abnormal turun sebesar 19 persen, dan keseluruhan risiko penyakit kardiovaskular turun sebesar sembilan persen. Hasil ini telah dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menyusui bayi.

"Meski mereka hanya menyusui selama satu atau dua bulan akan berpengaruh meningkatkan kesehatan jantung sang ibu. Semakin lama jangka waktu menyusui sang ibu, semakin banyak manfaat kesehatan yang mereka dapat," pungkasnya.(srn) (jri)




[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Batuk Mengandung 20 Ribu Virus

HONG KONG - Ada alasan jitu untuk menyuruh seseorang menutup mulut ketika batuk dan bersin. Perlu Anda ketahui, terdapat 20 ribu virus yang bisa menginfeksi orang lain dalam sekali batuk. Virus ini terutama akan menginfeksi mereka yang tidak tervaksinasi.

Julian Tang, konsultan kesehatan dari Singapore's National University Hospital's Division of Microbiology mengatakan dalam batuk biasa saja bisa menghasilkan sekira 3.000 virus.

Dengan menggunakan riset virus influenza terdahulu, para peneliti memperkirakan setiap virus yang beterbangan melalui satu kali batuk memiliki ukuran diameter antara satu hingga lima mikrometer.

"Berdasarkan riset ini, diasumsikan bahwa sekira 3.000 virus dihasilkan oleh per satu kali batuk. Rentang jumlah virus influenza yang dihasilkan per satu kali batuk adalah sekira 195 hingga 19.500," kata Tang seperti yang dikutip dari Reuters, Rabu (13/5/2009).

Dia pun menambahkan jumlah 3.000 virus ini merujuk pada virus-virus yang beterbangan dan tertahan di udara untuk jangka waktu yang lama. Sehingga sangat cukup bagi virus ini untuk menginfeksi orang lain.

"Virus yang lebih besar membawa virus influenza yang juga bisa dihasilkan dari batuk," kata Tang.

Dengan merebaknya virus influenza baru H1N1 saat ini, tak heran pemerintah di berbagai negara menyarankan setiap orang agar berlaku higienis termasuk menutup mulut pada saat batuk.

Di Indonesia sendiri, sebuah iklan televisi mendemostrasikan seorang wanita yang menasihati seorang bocah untuk menutup mulutnya pada saat batuk agar tidak menyebarkan penyakit ke orang lain. (jri)




[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Udara Kotor Berpotensi Merusak DNA

SAN DIEGO - Menghirup udara yang berpolusi meskipun untuk periode waktu yang sangat singkat dapat menyebabkan beberapa gen mengalami pemrograman ulang. Hal ini akan berdampak pada peningkatan risiko terkena kanker dan penyakit lainnya.

Perbandingan antara sampel DNA darah pekerja pengecoran logam yang terpapar partikel terpisah airbone berkadar tinggi mengungkapkan bahwa setelah tiga hari para pekerja menghirup udara berpolusi tersebut, terjadi perubahan pada empat gen yang berhubungan dengan penyakit tumor, demikian keterangan yang dikutip dari Health Day, Selasa (19/5/2009).

Hasil temuan yang dipresentasikan pada International Conference of the American Thoracic Society di San Diego ini mengindikasikan bahwa faktor lingkungan hanya membutuhkan sedikit waktu untuk menyebabkan kerusakan gen yang berpotensi menimbulkan berbagai penyakit pada manusia.

"Beberapa efek materi partikel terpisah yang mengotori udara di tempat pengecoran logam mirip dengan partikel yang ditemukan pada udara berpolusi di lingkungan umum. Hasil penelitian kami membuka hipotesis baru bagaimana udara kotor mempengaruhi kesehatan manusia," kata Dr. Andrea Baccarelli dari University of Milan.

Menurut Barcelli, perubahan gen yang terjadi pada para pekerja pengecoran disebabkan oleh DNA methylation, yaitu sebuah proses transformasi kimia yang berhubungan erat dengan pemrograman ulang gen dan sudah pernah ditemukan pada sampel darah dan jaringan tubuh penderita kanker paru-paru.

"Perubahan yang terjadi pada proses DNA methylation bersifat berkebalikan dan beberapa diantaranya dijadikan target untuk pengobatan kanker," kata Barcelli.

Bacarelli pun menambahkan sangat mungkin untuk mencegah terjadinya pemrograman ulang DNA dengan menekan tingkat polusi udara. (srn)




[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Kecambah dan Telur Menyimpan Potensi Penyakit

WASHINGTON - Jika selama ini Anda mengira makanan berbahaya hanyalah makanan yang termasuk kategori junk food yang tidak menyehatkan, ada baiknya lebih waspada.

Karenan nyatanya ada juga makanan yang selama ini disebut sebagai makanan sehat, tetapi sebenarnya menyimpan potensi penyakit.

Diperkirakan sebanyak 76 juta orang Amerika setiap tahunnya justru mengalami gangguan kesehatan akibat makanan tertentu. Dua peringkat teratas makanan yang menyimpan potensi penyakit adalah kecambah dan telur.

"Kecambah berada di daftar teratas dalam daftar potensi masalah," kata Michael Doyle Phd, Direktur Pusat Keamanan Makanan dari Universitas Georgia, AS yang dikutip dari MSN, Senin (18/5/2009).

Menurut Doyle, hal itu karena kecambah dihasilkan melalui proses penyiraman dalam intensitas yang sering dengan maksud menjaga tempat berkembang bibit kecambah tetap lembab. Padahal, tempat lembab merupakan arena berkembang biak bakteri salmonela.

"Mencuci kecambah sebelum dikonsumsi tidak menghilangkan bakteri berbahaya. Jadi, satu-satunya cara menghilangkan bakteri penyebab penyakit adalah dengan memasaknya," kata Doyle.

Makanan lain yang memiliki ancaman serupa adalah telur. Namun kabar baiknya, sangat sedikit telur yang bisa menyebabkan penyakit.

"Perbandingannya, dari sekira 10 ribu butir telur terdapat satu telur yang memiliki bakteri salmonela," kata Doyle.

"Risikonya memang sangat kecil, tapi Anda tidak pernah tahu kemungkinan bakteri itu ada di dalam telur yang Anda makan," tambahnya.

Untuk itu Doyle menyarankan agar sebisa mungkin menghindari konsumsi telur mentah seperti yang terdapat pada adonan kue atau bumbu salad.

"Yang terbaik adalah mengonsumsi telur yang dimasak hingga matang atau memilih telur yang sudah dipasteurisasi," tandasnya. (srn)



[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]

Bahaya Kesehatan dalam Botol Minuman

LONDON - Hasil studi dari Harvard School of Public Health menemukan botol plastik minuman berbahan polikarbonat menghasilkan zat kimia biphenol A (BPA) yang larut dalam air dan membahayakan kesehatan.

BPA yang masuk ke dalam tubuh makhluk hidup, diketahui dapat mengganggu perkembangan reproduksi pada hewan. Sementara dampak terhadap manusia, dapat meningkatkan risiko penyakit kardivaskular dan diabetes.

Telegraph, Minggu (24/5/2009) melansir, ketika meminum air dalam botol kemasan, BPA ikut tertelan dan larut dalam tubuh manusia. Bahkan tim peneliti Harvard mengatakan kadar zat BPA bisa meningkat dalam urine.

BPA digunakan dalam ratusan bahkan ribuan produk kemasan minuman termasuk botol susu bayi. Yang mengkhawatirkan, bayi memiliki risiko lebih tinggi terhadap zat berbahaya ini. Pasalnya, para orang tua sering memanaskan botol susu bayi sebelum dipakai dan hal ini akan meningkatkan kadar BPA. Sehingga tentu saja zat ini akan lebih membahayakan jika tertelan oleh bayi.

"Jika Anda memanaskan botol-botol bayi, kadar BPA yang dihasilkan akan jauh lebih tinggi. Hal ini pun berdampak pada semakin meningkatnya kadar BPA dalam urin. Selain itu, bayi sangat rentan terhadap zat berbahaya dan BPA dapat mengganggu kelenjar endokrin," kata peneliti Karin B Michels.

Tim peneliti Harvard mensurvei 77 orang mahasiswa yang biasa minum air dari botol kemasan berbahan stainles steel. Selama satu minggu, peneliti meminta mereka mengganti kebiasaan dengan meminum air dari kemasan botol plastik berbahan polikarbonat. Hasilnya, dalam kurun waktu satu minggu, terdapat peningkatan kadar BPA dalam urin sebesar 69 persen. (mbs)


[quoted by: m barja sanjaya, from OKEZONE]